Sabar dalam Kemiskinan: Kunci Emas Menuju Kesempurnaan Iman dan Ketenangan Hati
Dalam perjalanan hidup, tidak ada yang lebih menguji keimanan dan keteguhan jiwa selain menghadapi kemiskinan. Kemiskinan adalah ujian yang memaksa manusia untuk bertahan di tengah himpitan kebutuhan, menantang keyakinan mereka terhadap keadilan Allah, dan menguji sejauh mana mereka mampu berserah diri tanpa kehilangan asa. Namun, tahukah Anda? Di balik tirai kemiskinan tersimpan kesempatan emas untuk meraih kemuliaan di sisi Allah, asalkan kita mampu menyikapinya dengan sabar, syukur, dan usaha.
Dalam sejarah kehidupan manusia, para nabi, ulama, dan orang-orang saleh sering kali diuji dengan kemiskinan. Tetapi mereka mampu menjadikan kemiskinan bukan sebagai alasan untuk menyerah, melainkan sebagai alat untuk memperkuat hubungan dengan Sang Pencipta. Bukankah Allah telah berfirman dengan janji-Nya yang agung?
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
"Dan sungguh akan Kami uji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar."
(QS. Al-Baqarah: 155)
Maka, apakah kemiskinan adalah akhir dari segalanya? Tidak! Justru inilah panggung untuk membuktikan keimanan yang sejati. Dalam pembahasan berikut, kita akan menggali lebih dalam bagaimana Islam mengajarkan kita untuk menghadapi kemiskinan dengan kesabaran yang penuh keikhlasan, menjadikannya jalan menuju keberkahan, dan menatap masa depan dengan optimisme. Bersiaplah untuk menemukan kekuatan di balik setiap kesulitan dan rahasia besar di balik setiap ujian!
Kemiskinan adalah bagian dari ujian kehidupan yang sering kali menuntut keteguhan hati, ketulusan jiwa, dan penguatan iman. Dalam Islam, kemiskinan dipandang sebagai ujian yang dapat meninggikan derajat seseorang di sisi Allah jika ia mampu bersabar dan tetap istiqamah. Sabar, dalam menghadapi kemiskinan, tidak berarti berdiam diri atau menyerah pada keadaan, tetapi mencakup usaha yang maksimal sambil bersandar penuh kepada Allah.
A. Sabar Sebagai Ibadah
Sabar adalah bentuk ketaatan hati kepada Allah. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
> وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
"Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar."
(QS. Al-Baqarah: 153)
Ayat ini menunjukkan bahwa sabar adalah bagian dari ibadah yang mendekatkan seorang hamba kepada Allah. Dalam kondisi kemiskinan, seseorang dituntut untuk bersabar dalam menghadapi keterbatasan rezeki, sambil tetap mengupayakan jalan keluar dengan ikhtiar dan doa.
B. Makna Sabar dalam Kemiskinan
Kemiskinan bukanlah aib atau tanda rendahnya seseorang di mata Allah. Sebaliknya, kemiskinan adalah peluang untuk memperkuat iman dan menunjukkan keikhlasan dalam menerima ketentuan-Nya. Dalam hadits, Rasulullah SAW bersabda:
مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حَزَنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
"Tidaklah seorang muslim tertimpa kelelahan, penyakit, kesedihan, kesulitan, gangguan, maupun kegelisahan, bahkan duri yang menusuknya, kecuali Allah akan menghapuskan sebagian dosa-dosanya karena hal itu."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Kemiskinan, jika dihadapi dengan sabar, akan menjadi jalan untuk menghapus dosa-dosa dan mengangkat derajat seseorang di sisi Allah.
C. Langkah-Langkah Menumbuhkan Sabar
1. Memperkuat Keyakinan kepada Allah
Meyakini bahwa kemiskinan adalah ujian yang telah Allah tetapkan dengan hikmah yang besar. Setiap kesulitan pasti disertai kemudahan, sebagaimana firman-Nya:
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا. إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
"Karena sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan."
(QS. Al-Insyirah: 5-6)
2. Berusaha dengan Ikhtiar yang Halal
Sabar dalam kemiskinan tidak berarti menyerah, tetapi tetap berusaha mencari rezeki yang halal sambil bertawakal kepada Allah. Rasulullah SAW bersabda:
لَأَنْ يَحْتَطِبَ أَحَدُكُمْ حُزْمَةً عَلَى ظَهْرِهِ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ أَحَدًا فَيُعْطِيَهُ أَوْ يَمْنَعَهُ
"Sungguh jika salah seorang dari kalian mengambil tali lalu mencari kayu bakar, kemudian memikulnya di atas punggungnya, itu lebih baik daripada ia meminta-minta kepada orang lain yang mungkin memberinya atau menolaknya."
(HR. Bukhari)
3. Memperbanyak Syukur
Di tengah kemiskinan, tetaplah mensyukuri nikmat yang masih dimiliki, seperti kesehatan, keluarga, atau ilmu. Syukur akan mendatangkan tambahan nikmat dari Allah, sebagaimana firman-Nya:
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ
"Jika kamu bersyukur, Aku akan menambah (nikmat) kepadamu."
(QS. Ibrahim: 7)
4. Menguatkan Doa dan Istighfar
Kemiskinan adalah waktu yang tepat untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah melalui doa dan istighfar. Rasulullah SAW mengajarkan doa:
اللَّهُمَّ اكْفِنِي بِحَلَالِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنِي بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ
"Ya Allah, cukupkanlah aku dengan yang halal dari-Mu dan jauhkan aku dari yang haram. Dan berilah aku kekayaan dengan karunia-Mu, bukan dari selain-Mu."
(HR. Tirmidzi)
5. Berbagi kepada Sesama Meskipun dalam keterbatasan
Berbagi dapat mendatangkan keberkahan dan kebahagiaan. Rasulullah SAW bersabda:
الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ، ارْحَمُوا مَنْ فِي الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ
"Orang-orang yang penyayang akan disayangi oleh Allah Yang Maha Penyayang. Sayangilah makhluk yang ada di bumi, niscaya yang di langit akan menyayangi kalian."
(HR. Tirmidzi)
Penutup :
Rasulullah SAW juga memberikan kabar gembira bagi orang-orang miskin yang sabar. Beliau bersabda:
اطَّلَعْتُ فِي الْجَنَّةِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا الْفُقَرَاءَ
"Aku melihat surga, dan aku melihat mayoritas penghuninya adalah orang-orang miskin."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Kemiskinan adalah ladang amal dan jalan menuju kemuliaan jika dihadapi dengan sabar, syukur, dan tawakal. Semoga kita termasuk hamba-hamba yang sabar dan diridai oleh Allah.
Sebagai penutup, kemiskinan bukanlah akhir dari segalanya, melainkan ujian yang menguji kekuatan iman kita. Dengan sabar, kita tidak hanya menahan diri dari keluhan, tetapi juga membuka pintu keberkahan yang lebih luas. Ingatlah, di balik setiap kesulitan ada kemudahan, dan sabar adalah kunci emas yang akan mengarahkan kita pada kesempurnaan iman dan ketenangan hati.
Daftar Pustaka :
1. Al-Ghazali, Abu Hamid. Ihya Ulumuddin. Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1990.
2. Ibnu Qayyim al-Jauziyyah. Madarij al-Salikin. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1991.
3. Sayyid Qutb. Fi Zilal al-Qur’an. Kairo: Dar al-Shuruq, 1980.
4. Yusuf al-Qaradawi. Maqasid al-Shari’ah al-Muta’alliqah bi al-Mal. Kairo: Dar al-Shuruq, 1998.
5. As-Suyuti, Jalaluddin. “Kedudukan Sabar dalam Kehidupan Muslim.” Jurnal Studi Islam, Vol. 12, No. 3, 2015.
6. Al-Jawziyyah, Muhammad. “Konsep Rezeki dalam Islam.” Jurnal Ekonomi Syariah, Vol. 8, No. 2, 2018.
7. Al-Attas, Syed Muhammad Naquib. Prolegomena to the Metaphysics of Islam. Kuala Lumpur: ISTAC, 1995.
8. Hamka. Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982.
9. Al-Mawdudi, Abul A’la. Towards Understanding Islam. Lahore: Islamic Publications, 1960.
Penulis : Dr. Abdul Wadud Nafis, LC., MEI